Awal bulan juni lalu,
saya dan rombongan get lost akhirnya berkesempatan baik bisa mampir ke jalur
pendakian gunung prau. Setelah kurang lebih menempuh waktu 5 jam an dari jogja
sampailah kami di basecamp gunung prau yang identik dengan suasana wonosobo yang
islami, dan dingin. Tepat pada saat itu memang sedang ada acara khataman di
sekelilingnya.
Kami singgah kesana persis hari
sabtu, alias malam minggu. Maka jangan banyak tanya suasana pasti akan tumpah
ruah disana. Dan memang benar, sejak dari base camp awal dan pemberian
rambu-rambu bagi pendaki, memang sudah banyak sekali kendaraan yang ngetem
disana.
Kurang lebih pukul
setengah dua belas malam akhirnya saya dan rombongan mulai perjalanan. 14 orang
dengan presentase imbang antara laki-laki dan perempuan itu ternyata juga cukup
menambah jarak tempuh perjalanan karena kami harus saling menunggu satu sama
lain. Maklum, hari itu juga tepat malam minggu, sehingga jalur pendakian
benar-benar padat. Belum lagi jalanan yang jelek, berlumpur, antri, stamina
yang kurang tanpa pemanasan, maka jika tidak salah hitung – kami sampai di
bukit teletubbies tepat jam 3 an. Yang kalau dihitung baik-baik maka kami sudah
jalan kurang lebih 4 jam. Angka yang fantastis jika dibayangkan, karena ada
beberapa teman saya yang tanpa persiapan bahkan pertama kali ikut untuk mencoba
mendaki.
Suasana
di atas sudah sangat padat. Tenda-tenda dimana-mana. Bahkan jarak antar tenda
sangat sempit, air bergelinangan dimana-mana, dan penuh kabut. Jeleknya lagi,
view bagus dari tumbuh-tumbuhan lebat dan agak tinggi di samping tenda saya
ternyata tidak lain digunakan untuk toilet kami. Buang tissue basah disana
sini. Dan ya begitulah. Jadi kotor tidak berbentuk. Bahkan ada kotoran yang
sama si empunya tidak dikubur pake tanah. *huft.
Saya pikir kami akan
menemui suasana yang indah karena sampai di atas pun kami sudah hampir pagi,
namun karena cuaca yang konon sedang musim dinginnya wonosobo, maka jalur
pendakian jadi tidak berbentuk. Mau bagaimana lagi? Satu-satunya jalur yang
kami tahu hanya itu. padahal ada jalur lain yang katanya lebih landai – sepi –
viewnya bagus – dan jarak tempuh lebih cepat. Tapi apa mau dikata? Kami lebih
memilih mencari aman tinimbang akhirnya nyasar.
Beberapa
dari kami sempat takut terjatuh karena lumpur dengan jalan menanjak memang
tidak begitu bersahabat dengan sepatu yang kami kenakan, maklum saja, dengan background kami yang bukan anak gunung
asli, beberapa ada yang memakai running shoes, converse biasa yang dipakai
untuk nge mall dan jalan-jalan kesana kemari. Hebatnya, jarak pendakian awal
yang kurang lebih 4 jam itu bisa saya persingkat ketika turun menjadi satu jam
saja. Tepuk tangan sekali bukan?
Sunrise
yang terkenal katanya paling bagus disana ternyata belum jadi rejeki kami. Bahkan
kami tunggu sampai dzuhur kami masih saja dikelilingi kabut tebal. Kami hanya
sempat berfoto sebentar karena suasana yang tidak enak, dingin, dan berkabut. Saking
berkabutnya suasana disana, kami hanya sedikit sekali selfie atau groufie. Dan kami
baru sempat berfoto ketika sampai di tengah perjalanan turun karena kabut
perlahan menghilang.
Mungkin
lain kali kami harus kesana lagi, mengejar sunrise dengan orang yang lebih
banyak lagi. Atau Teman yang berbeda lagi. Sama halnya ketika saya ke sikunir
yang lebih banyak kabutnya. Tapi di luar itu semua, bukan sekedar view yang
kami cari, tapi arti dari perjalanan itu sendiri. Bahwa untuk naik kita memang
butuh berani. Dan menahan diri.
Haha
catatan terakhir, bagaimanapun ekspektasi kami disana, setidaknya – kami masih
bersama-sama. Maka tidak menjadi penting bagaimana keadaan disana atau
dimanapun tempatnya, tapi – dengan siapa kita sudah sampai kesana. by the way, untuk perjalanan ini akhirnya saya bisa bareng temen saya sejak sekolah menengah pertama dulu - dan betapa menyenangkannya masih bisa pergi bersama mereka.
Salam cah dolan.
Ini foto-foto yang sempat kami ambil.
btw, mereka itu teman-teman saya dari jaman cupu dulu. :p
READ MORE EPS. GUNUNG : Gunung Api Purba Nglanggeran Yogyakarta , Gunung Andong Grabag Magelang
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida