Setiap orang melakukan perjalanan,
itu kata kuncinya, setiap hari, setiap saat – dari rumah ke kantor, dari rumah
ke kampus, di jalan, di toko, semua orang bergerak.
Lalu,
dalam perjalanan tersebut, saya mengamati – baik bus, kereta, atau pesawat,
hampir di setiap terminal tunggu dan atau kursi di dalam kendaraan yang membawa
ke suatu daerah atau lokasi selalu penuh diisi orang hendak menuju tujuannya
masing-masing. Puluhan, ratusan. Hampir selalu penuh dan tidak meninggalkan
satu kursi kosong, kecuali beberapa keadaan di luar kebiasaan. Siapa yang harus
didahulukan? Tidak ada bukan? Semua sama –
Lantas
apa yang menarik?
Saya
akhirnya mengambil makna bahwa sejak dalam proses pembuahan kita memang selalu
melakukan perjalanan. Tidak terkecuali sampai detik ini. Kita semacam air yang bergerak menuju muaranya, dari hulu ke hilir,
mengikuti arus apa yang kita tuju. Dalam proses menuju tujuan yang hendak kita
tuju dari suatu perjalanan, kita bertemu banyak orang, banyak budaya, banyak
kondisi, dan banyak hikmah yang dapat dipetik – mengajarkan pada kita lebih
dari yang sekedar diajarkan oleh bangku sekolah, kesabaran, ketenangan, kerendahan
hati dan syukur.
Perjalanan,
mengajarkan kepada kita bahwa setiap proses perlu untuk dinikmati, sampai
akhirnya waktu membawa kita kepada rindu untuk kembali – pulang. Perjalanan membawa kita pada ketenangan
dan cara menyelesaikan masalah dengan dingin. Perjalanan, mengingatkan kita betapa berharganya jarak dan waktu.
Perjalanan
bagi saya harus selalu dilakukan untuk melihat secara jelas bahwa nikmat Tuhan
sangat besar untuk kita syukuri. Lebih besar dari itu semua, saya meyakini
Allah memang Maha Besar. Allah lebih besar dari saya, dari masalah saya, dan
dari perjalanan apapun yang saya lakukan. Saya berterima kasih kepada penemu
pesawat terbang, yang membuat kita dalam perjalanan selalu berzikir, mengingat
Tuhan, merenung, instrospeksi dan bersyukur nikmat dan kasih sayang-Nya.
Lagipula,
siapa yang tau dalam perjalanan kita akan mati? Siapa yang tau semua yang sudah
kita kumpulkan akan hilang dalam sekejap?
Dari
semua hikmah yang bisa diamati dalam perjalanan. Rugi rasanya jika kita tidak
bergerak dan melakukan perjalanan sebagaimana orang yang lain. Rugi rasanya
jika mengamati setiap orang mendapatkan hasil dan atau pengalaman dari
perjalanannya, tetapi kita hanya berdiam diri, menghabiskan waktu untuk
kegiatan yang sia-sia, atau malah sama sekali tidak melakukan apa-apa – hanya menunggu
keajaiban. Dan rugi rasanya, jika orang lain bisa melihat lebih banyak daripada
apa yang bisa kita lihat.
Pertanyaannya,
apakah perjalanan yang kita lakukan harus jauh dan mahal agar dikagumi orang?
Tidak.
Coba
amati di setiap jalan, jalanan hampir tidak pernah sepi. Kendaraan bermotor
menjadi mayoritas, lalu lalang orang berjalan kaki, transportasi umum juga
penuh, apalagi di ibukota, di setiap jalan besar kota atau jalan tikus lalu
lalang manusia ada, semua punya tujuan, dan tidak adil menyamakan tujuan
tersebut. Jadi apakah perjalanan itu harus selalu jauh? Tidak. Tapi hanya dengan melakukan perjalanan kita
tahu mana yang kita rindukan.
Lalu
perjalanan mana lagi yang akan kita lakukan?
Jayapura, 13 April 2017
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida