katanya
sebaik-baik teman sepanjang waktu adalah buku
kata
desi Anwar, “buku, pesta dan cinta”. Itu kesenangan anak muda
Ada
ratusan buku di rak saya. Mulai dari novel teenlit,
sastra pop, sampai
terjemah, komik, buku hukum, psikologi, islami, birografi dan motivasi. Seluruh genre
yang saya sukai sebagian besar adalah yang saya sebutkan tadi, selebihnya jika
ada genre lain – biasanya itu buku pinjaman
dan saya lakukan ketika sedang bosan. Katanya obat mujarab untuk menghilangkan
kebosanan adalah melakukan sesuatu di luar kebiasaan.
Membaca. Itu kata
kuncinya. Selain bernyanyi, menulis, jalan-jalan, mendengarkan lagu, dan doing nothing di hari libur – hobi saya
adalah membaca. Bagi saya, membaca seperti berusaha mengenal pikiran dan
Karakter orang lain. Membaca seperti diberikan kesempatan menyelami isi hati
orang lain tanpa harus kenal dekat, dari tutur katanya, dari jalan pikirannya,
dari imajinasinya, dari pengalamannya. Membaca memberikan kita dimensi yang
berbeda dari apa yang biasanya kita pikirkan. Mudahnya, dengan membaca kita
sedang melakukan interaksi dengan penulisnya, bertukar pikiran. Hebatnya lagi,
hanya dengan membaca ringkasan singkat hidup seseorang dan menuliskannya dalam
selembar kertas,
pakar psikologi dapat membaca kepribadian seseorang. Itulah
salah satu pentingnya membaca.
Nah,
masalahnya adalah, sebagian orang kesulitan menyalurkan -
menularkan
hobi ini kepada orang lain. Membaca merupakan kesenangan pribadi yang tidak
bisa dipaksakan kepada orang lain, murni keinginan pribadi. Membaca bisa
membunuh waktu, menghentikan kebosanan, atau sekedar menghilangkan kikuk karna
kebingungan membuka percakapan dengan orang lain. Jauh di luar itu, sebenarnya
buku punya banyak manfaat bagi perkembangan pengetahuan manusia. Buku punya
segudang informasi dan ilmu.
Yang
jadi salah satu masalah adalah, setiap buku berpotensi untuk hanya dibaca
satu kali setelah dibeli. Padahal, tiap kali membaca buku yang sama,
pengetahuan dan makna yang kita dapat akan berubah seiring waktu. Yang lebih masalah,
buku tersebut kadang teronggok tidak bermanfaat bagi empunya dan tidak juga
bagi orang lain. Beberapa orang kadang hanya membeli buku untuk memenuhi
nafsu, karena sedang trend – booming – laris - rame, karena biar
keliatan pintar dan berpendidikan. Beli buku setumpuk yang akhirnya tidak
pernah dibaca. Atau membeli buku hanya untuk dibaca halaman awal, selebihnya,
malas meneruskan. Bukankah tidak ada bedanya hal tersebut dengan menyia-nyiakan
uang dan kesempatan dari hikmah yang bisa dipetik dari sebuah buku?
Pecinta
buku, akan kesulitan dan sedih ketika melihat bukunya hanya teronggok tidak
bermanfaat. Normalnya, setelah menyelesaikan suatu buku setelah membelinya, kita
tidak akan membaca lagi buku tersebut untuk jangka waktu lama. Kecuali jika
buku itu buku rujukan pelajaran atau buku yang sangat menginspirasi sehingga
bisa dibaca terus menerus dan berulang-ulang. Tapi yang lazim terjadi, sekali
membaca – buku tersebut hanya akan disimpan di rak dan jadi santapan sarang
laba-laba. Berdebu. Kemudian usang. Rusak. Dikilokan ke tukang loak. (Omaigat
betapa malang nasibnya)
Saya
bisa membayangkan bagaimana perasaan buku itu. Terhina. Disia-siakan. Tak lagi
berguna. Habis manis sepah dibuang. Tak kau toleh lagi diriku. Kau acuhkan
diriku setelah kau dapat menarik manis yang lainnya. Setelah kau habiskan isiku, kau
tinggalkan begitu saja teronggok tak berdaya. Kini aku tak punya daya tarik
apa-apa. Wkwk bafeeerr.
Oke
kita abaikan dulu perasaan si buku, untuk mengatasi masalah tersebut, karena
tujuan saya membeli buku salah satunya untuk bermanfaat bagi orang lain – maka
kita harus mencari cara agar buku terus bermanfaat, terus dibaca, dan tidak
usang. Tiga langkah awal yang harus kamu lakukan. Langkah pertama, jangan
letakkan buku di tempat tersembunyi – usahakan buku selalu terlihat. Kalau
bisa, letakkan buku di ruang tamu, di tempat yang menjadi favorit orang yang
datang. Missal ingin meletakkan rak, maka cari posisi strategis yang selalu
dilihat.
Yang
kedua,
untuk menghindari buku mudah hilang, catat buku apa saja yang kamu punya dan
siapa saja yang meminjam. Catat kapan kamu membaca dan menyelesaikan. Catat
kapan kamu membelinya. Catat siapa saja yang pernah meminjam. Ini Yang ketiga,
selalu
pastikan buku dalam keadaan bersih dan tidak terlipat agar orang lain yang
hendak membaca ikut nyaman buku masih dalam keadaan menyenangkan.
Setelah
memastikan 3 langkah awal tadi selalu dilaksanakan, maka inilah 3 langkah
selanjutnya yang bisa kamu lakukan. Yang pertama, tawarkan buku-buku
tersebut kepada orang yang kamu percaya (percaya akan merawat, mengembalikan, dan
percaya akan membaca
menyelesaikan –
bukan sekedar dibawa trus dijadiin bantalan tidur doang). Menawarkan buku
kepada orang terdekat, saudara – teman, partner,
jelas adalah langkah yang cerdas, konkrit, gratis dan menyenangkan bagi seluruh
pembaca buku. Selain kamu bisa membergunakan buku-bukumu, kamu juga sedang
melatih lingkunganmu untuk terus membaca, minimal meng upgrade diri. Jadi lingkungan
kamu akan dipenuhi dengan orang-orang yang suka membaca. Otomatis kamu akan
lebih bersemangat memperkaya diri dengan pengetahuan. Kamu senang, mereka juga senang. Asik bukan punya lingkungan yang se hobi?
Sebagai
contoh. Saya selalu membawa buku tiap kali ke kantor, liburan, dan atau
sebagainya. Mencoba menawarkan mereka yang mau lewat whatsapp, sms atau
sosial media.
Akhirnya 2 atau 3 orang lebih di lingkungan saya sekarang jadi suka membaca.
Tiap kali buku yang saya pinjamkan selesai, mereka laporan, dan minta dibawakan
buku bagus lainnya. (oke saya percaya setiap buku adalah bagus dan
memberikan pelajaran. Jadi sebenarnya tidak ada buku yang tidak bagus).
Yang
kedua,
saking pengennya buku saya laku dibaca banyak orang (karena saya mengerti
kegelisahan perasaan buku-buku saya tidak mau jadi sepah yang dibuang, akhirnya
saya membuat akun instagram @bacabucu.comm untuk menyewakan
koleksi buku yang saya punya. Cukup 5 ribu seminggu untuk 1 buku. Bisa COD di
daerah kota Jogjakarta lagi. Itu semangat awal yang saya punya. Siapapun yang
meminjam buku saya, saya minta menge post
di instagram – memfoto sekaligus memberikan caption bagus. Selebihnya akan saya
repost foto-foto mereka.
Sungguh,
saya tidak punya niat komersil sama sekali untuk akun tersebut, kecuali hanya
untuk menularkan semangat baca kepada orang lain dan memberdayakan buku saya
agar bermanfaat bagi yang lainnya. Saya tidak mau nasib buku saya hanya dibaca
sekali, lantas tidak berguna lagi. Saya yakin, si pembuat buku
atau penulisnya ingin memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang di luar
sana. Saya yakin, si penulis tadi akan sedih pabila dia tahu bukunya sekedar
jadi pajangan saja. Lebih dari itu, saya tidak mau buku-buku tersebut bersedih, karena fitrah
buku adalah untuk dibaca, tidak untuk sekedar
disimpan dan jadi pajangan. Sayangnya, akun saya belum begitu tenar dan bahkan
tidak punya gema. Jadi saya harus memutar otak untuk menemukan langkah lebih
taktis dan jitu.
Yang
ketiga,
kalau toh akhirnya beberapa cara tersebut belum ampuh juga, cukup tunjukkan
kata-kata bagus dan kalimat berhikmah yang kamu ambil dari buku. Mungkin mereka
tidak bisa menyenangi seluruh bagian, tapi bagian kecil tersebut mungkin bisa
bermakna bagi beberapa orang. Tuliskan kalimat-kalimat positif itu untuk
ditularkan. Siapa tahu setelah tau cuplikan tulisannya mereka tertarik untuk
membaca keseluruhannya?
saya mengajak semua pihak untuk meminjamkan buku kepada siapapun. kalau buku sudah tidak digunakan, lebih baik disumbangkan di perpustakaan, atau dititipkan kepada orang yang lebih rajin menyimpan dan menularkan. jangan sampai manfaat itu kita simpan untuk diri sendiri. tularkan, sebarkan, biasakan.
Jadi,
sekarang ada berapa orang yang ingin
kamu tularkan semangat membaca buku? By the
way, Al QURAN juga buku, jangan
sampai cuman jadi pajangan yang kalah kece dan keren dibanding novel terjemahan.
Salam
dangdut.