Cerita anak magang (1)

Jadi anak magang gimana sih rasanya?
Yaaa, gampang gampang susah
Susahnya? Ya susah aja
Gampangnya? Dibawa gampang aja
*Plak*

Begini, jadi anak magang (KATANYA) emang lebih banyak nggak enaknya daripada enaknya. Lah emang kenapa? Ya gitu. Karena status magang yang dibawa anak magang membawa konsekwensi “harus sesuai kebijakan empunya.” Lu ngikut gue, ga ngikut - gue tendang lu orang”. wkwk. Oke itu perumpaan kasar aja, dan begitulah. Yang perlu ditanyakan lebih lanjut adalah, katanya di atas tadi adalah kata siapa? Kata siapa magang susah? Kata siapa magang nggak enak?

Oke mari kita kroscek pernyataan di atas.




Jadi, dalam sistem anak magang, kita harus rela diperlakukan seenaknya, sesukanya, dan suka-suka mereka aja. Yah namanya juga anak magang, kudu ngikut aturan kantor yang dimagangin. Perlakuan seenaknya itu bisa saja kerja bertumpuk-untuk untuk meringankan beban pekerja asli, tidak dibayar, tanpa uang makan dan transportasi, pulang malam/lembur, jam kerja nggak pasti, gaji belum tentu diberi, dan semacamnya. Atau perlakuan seenaknya itu bisa saja, gaji dan tunjangan menarik, teman kerja asik yang suka bantuin dan nggak enakan ngasih tugas, dianggurin begitu aja karena dianggap anak bawang, ya pokoknya seenak enak mereka aja deh ya. Itu aturan pertama. Setelah diperlakukan seenaknya, anak magang juga harus berhadapan dengan aturan yang nggak jelas. Anak magang itu, sama sekali nggak ada payung hukumnya.

Payung hukum anak magang, yaa kebijakan atau kerja sama si kepala. Itu dalam kasus kerjasama kampus, kantor, dkk. Kalau anak magang pribadi/personal/individual yang mengajukan sendiri magang tanpa rekrutan ya payung hukumnya adalah hukum si kepala di kantor magang.

Kasarannya begini, bagi pekerja/karyawan kontrak atau karyawan tetap, seandainya mereka diperlakukan tidak adil oleh bos/pimpinan atau sama perusahaan, mereka bisa lapor ke dinas tenaga kerja, pengawas dan atau kementerian yang menaunginya. Lah anak magang mau lapor sama siapa? Kalau mau ngomong jelek dibilang menyebarkan aib kantor, mau diem aja tapi tekanan batin. See, serba salah kan ya?

Sebetulnya, cerita magang bukan hanya konsumsi pribadi saja. Magang sudah jadi syarat wajib bagi beberapa profesi untuk mendapatkan surat keterangan mandiri (buka kantor sendiri). Contohnya saja, advokat, notaris, dokter, dsb. Banyak sekali profesi yang dalam aturan undang-undang mensyaratkan kepada calon profesi/ahli untuk melakukan magang/koas untuk mendalami teori serta praktek yang ada di lapangan.

Aturan itu buat apaan sih? Kenapa kudu ribet gitu? Lah bukannya gue anak pinter yaa?




Eits tunggu dulu. Setiap aturan tentu dihasilkan atas proses dan pola pikir yang panjang. Profesi profesi yang saya sebutkan di atas adalah profesi yang sangat berkaitan dengan PRAKTEK. Oke, praktek berkaitan dengan jam terbang tinggi dan hal tersebut membutuhkan ketrampilan mumpuni. Nah, sebagai anak bawang yang baru lulus dari kampus, entah itu D3 – S1 – bahkan S2, kita baru dalam tahapan anak-anak yang taunya apa sih? paling Cuma tau teori doang. Paling taunya cuman nunggu gaji bulanan dan disuruh suruh atasan. Kita bahkan belum tau gimana caranya ketemu orang atau ngedapetin klien. Intinya, kita belum punya banyak ilmu terapan. Dan untuk itulah kita diwajbkan menjalani masa magang.

Kebanyakan dari kita menganggap bahwa magang adalah waktunya belajar, waktunya menghabiskan seluruh pertanyaan (meskipun tidak berlaku sama), waktunya mencari tahu segala sesuatu dan menguatkan mental. Lalu seluruh niatan tersebut akan dapat terbukti ketika kita masuk ke dunia kerja, praktek, magang – akankah seluruh bayangan menyenangkan menghampiri kita atau sebaliknya? Bagaimana kalau kita menghadapi atasan dan senior yang judes dan tukang suruh? Atau bagaimana kalau ternyata tenaga dan kemampuan kita tidak berkembang karena terlalu pasif atau dibiarkan diam?

Ya, ketakutan saya adalah hal nomor dua. Semua hal yang menyenangkan tidak perlu banyak dipelajari karena hal tersebut alamiah akan membuat kita nyaman dan betah mengambil ilmu disana. Bos yang komunikatif, teman yang saling membantu, dan ilmu yang membuat kita makin berkembang. Nah, yang parah adalah – ketika kita merasa buruk dalam keadaan tersebut karena situasi dan kita terkalahkan oleh kondisi tersebut/ akhirnya lama kelamaan semangat memudar dan keinginan belajar hilang.

Oke berikut tips dari saya, untuk saya dan sekaligus untuk kalian semua – apa saja sih yang harus dilakukan ketika jadi anak magang untuk menambah value ? here we goo :

1.     Komunikatif

Prinsip saya pertama adalah, jangan nunggu diajak ngomong. Jangan nunggu ditanya. Kalau mereka bukan tipe yang suka banyak nanya, maka kitalah yang harusnya bersikap riang dan tunjukkan ketertarikan pada mereka. Perkenalkan diri, ingat nama mereka, ajak berbicara hal yang sekiranya berhubungan dengan mereka (pahami tips trik ngobrol lancar) dan bertanyalah untuk menambah ilmu. Jangan malah karena kamu didiemin lingkungan, kamu jadi makin pasif.

Tapi ingat, hal tersebut harus dengan membaca respon sekeliling. Jangan sampai kalian bicara terlalu banyak atau berbuat ceroboh yang justru membuat penilaian tentang kalian menjadi buruk. Stay cool.

2.     Pahami kondisi dan situasi

Jangan jadi anak berisik ketika situasi sedang rusuh, dan jangan jadi pendiam ketika lingkungan sedang pasif. Yang dibutuhkan disini adalah ketepatan membaca situasi. Kita tidak bisa hanya berpangku tangan dan menjadi pasif untuk menjadi akrab atau menaklukkan lingkungan baru. Pandai-pandailah mempelajari bagaimana kondisi seseorang dan lingkungan, setelah itu baru kalian  bisa memutuskan hendak mengambil sikap bagaimana untuk orang tertentu dan keadaan tertentu.

Satu orang dengan yang lainnya tidak bisa disamakan bukan?

3.     Kuatkan mental dan kesabaran

Saya pernah dalam keadaan down ketika menghadapi lingkungan baru. Ketika kepala saya memproduksi keadaan mental yang tidak atau kurang baik, hal tersebut berpengaruh, bahkan sangat berpengaruh terhadap kinerja fisik saya. Saya jadi murung, tidak fokus, dan mudah lelah.

Lantas saya akhirnya menyadari, kekuatan/energi mental lah yang mempengaruhi segalanya. Oke, saya harus merubah pola pikir saya. Seketika itu ketika pagi hendak berangkat saya harus memperbaiki mood dengan tersenyum, bernyanyi lagu semangat, atau memberikan kata-kata positif pagi hari. Setelah sampai di kantor, tepat sebelum masuk pintu, saya akan mengatur suara dan memberi salam dengan suara riang. Ternyata, kekuatan mental yang dibangun bisa membuat semangat saya bertambah seharian penuh.

Jadi, duduklah dengan tegak, tersenyumlah, dan jalani hari dengan baik.  

4.     Hilangkan prasangka buruk
Ketika dalam keadaan mental yang tidak baik (seperti yang saya bahas pada angka 3 di atas), kita akan cenderung berpikiran buruk. Satu demi satu prasangka buruk akan muncul di kepala, semisal :
“aku malas ah berangkat lagi”
“ah, aku telat ajadeh, biarin aja anak magang ini kan terserah”
“aku jadi males sok baik. Bodo amat apa kata mereka”

Rangkaian kata kata dan prasangka buruk tadi apabila dibiarkan terus menerus akan membuat kita kehilangan kesempatan memperoleh ketenangan dan ilmu yang banyak. Jadi, singkirkan perasaan dan pikiran tersebut. Daripada berpikir yang buruk, bukankah lebih menyenangkan berpikiran baik yang membuat kita dapat mengambil manfaat dari banyak hal? Lagipula, pikiran buruk sangaaaat sangaaat menghabiskan tenaga kita.

5.     Jadilah bermanfaat

Jangan menyerah ketika lingkungan tidak membiarkan kemampuan kamu berkembang. Ketika orang lain tidak percaya kepada kemampuan kita, maka itu adalah masalah mereka. Ketika kita tidak mempercayai kemampuan diri sendiri, maka itulah masalah kita sesungguhnya. Jadilah anak yang bermanfaat, itu kuncinya.

Tidak masalah kita disepelekan, dihina, dimarahi, membuat kesalahan, dibiarkan, didiamkan. Tapi dengan pikiran positif kita harus terus menerus meyakinkan diri bahwa kita harus terus bermanfaat dimanapun kita berada. Terus tawarkan bantuan yang bisa kita lakukan dengan tulus kepada mereka. Berangkatlah lebih pagi. Kerjakan sesuatu yang bisa dilakukan. Selesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu. Setidaknya, kita harus bermanfaat untuk mereka yang telah mau membantu kita bukan?

Jadi, dari 5 tips yang saya berikan tadi, kata siapa magang itu nggak enak? Kata kita sendiri kan kalau kalah dengan sikap orang. magang itu enak kok, banyak teman, banyak ilmu, banyak pelajaran, dan banyak sekali perasaan yang kita dapat.

Salam anak magang.


Tidak ada komentar

Terima kasih telah berkunjung.

Latifa Mustafida