Jadi anak magang gimana sih rasanya?
Yaaa, gampang gampang susah
Susahnya?
Ya susah aja
Gampangnya?
Dibawa gampang aja
*Plak*
Begini,
jadi anak magang (KATANYA) emang lebih banyak nggak enaknya daripada enaknya. Lah
emang kenapa? Ya gitu. Karena status magang yang dibawa anak magang membawa
konsekwensi “harus sesuai kebijakan empunya.” Lu ngikut gue, ga ngikut - gue
tendang lu orang”. wkwk. Oke itu perumpaan kasar aja, dan begitulah. Yang perlu
ditanyakan lebih lanjut adalah, katanya di atas tadi adalah kata siapa? Kata siapa magang susah? Kata
siapa magang nggak enak?
Oke
mari kita kroscek pernyataan di
atas.
Jadi,
dalam sistem anak magang, kita harus rela diperlakukan seenaknya, sesukanya,
dan suka-suka mereka aja. Yah namanya juga anak magang, kudu ngikut aturan
kantor yang dimagangin. Perlakuan
seenaknya itu bisa saja kerja bertumpuk-untuk untuk meringankan beban
pekerja asli, tidak dibayar, tanpa uang makan dan transportasi, pulang
malam/lembur, jam kerja nggak pasti, gaji belum tentu diberi, dan semacamnya.
Atau perlakuan seenaknya itu bisa saja, gaji dan tunjangan menarik, teman kerja
asik yang suka bantuin dan nggak enakan ngasih tugas, dianggurin begitu aja
karena dianggap anak bawang, ya pokoknya seenak enak mereka aja deh ya. Itu
aturan pertama. Setelah diperlakukan seenaknya, anak magang juga harus
berhadapan dengan aturan yang nggak jelas. Anak magang itu, sama sekali nggak
ada payung hukumnya.
Payung
hukum anak magang, yaa kebijakan atau kerja sama si kepala. Itu dalam kasus
kerjasama kampus, kantor, dkk. Kalau anak magang pribadi/personal/individual
yang mengajukan sendiri magang tanpa rekrutan ya payung hukumnya adalah hukum
si kepala di kantor magang.
Kasarannya
begini, bagi pekerja/karyawan kontrak atau karyawan tetap, seandainya mereka
diperlakukan tidak adil oleh bos/pimpinan atau sama perusahaan, mereka bisa
lapor ke dinas tenaga kerja, pengawas dan atau kementerian yang menaunginya.
Lah anak magang mau lapor sama siapa? Kalau mau ngomong jelek dibilang
menyebarkan aib kantor, mau diem aja tapi tekanan batin. See, serba salah kan ya?
Sebetulnya,
cerita magang bukan hanya konsumsi pribadi saja. Magang sudah jadi syarat wajib
bagi beberapa profesi untuk mendapatkan surat keterangan mandiri (buka kantor
sendiri). Contohnya saja, advokat, notaris, dokter, dsb. Banyak sekali profesi
yang dalam aturan undang-undang mensyaratkan kepada calon profesi/ahli untuk
melakukan magang/koas untuk mendalami teori serta praktek yang ada di lapangan.
Aturan
itu buat apaan sih? Kenapa kudu ribet gitu? Lah bukannya gue anak pinter yaa?
Eits
tunggu dulu. Setiap aturan tentu dihasilkan atas proses dan pola pikir yang
panjang. Profesi profesi yang saya sebutkan di atas adalah profesi yang sangat
berkaitan dengan PRAKTEK. Oke,
praktek berkaitan dengan jam terbang tinggi dan hal tersebut membutuhkan
ketrampilan mumpuni. Nah, sebagai anak bawang yang baru lulus dari kampus,
entah itu D3 – S1 – bahkan S2, kita baru dalam tahapan anak-anak yang taunya
apa sih? paling Cuma tau teori doang. Paling taunya cuman nunggu gaji bulanan
dan disuruh suruh atasan. Kita bahkan belum tau gimana caranya ketemu orang
atau ngedapetin klien. Intinya, kita
belum punya banyak ilmu terapan. Dan untuk itulah kita diwajbkan menjalani
masa magang.
Kebanyakan
dari kita menganggap bahwa magang adalah waktunya belajar, waktunya
menghabiskan seluruh pertanyaan (meskipun tidak berlaku sama), waktunya mencari
tahu segala sesuatu dan menguatkan mental. Lalu seluruh niatan tersebut akan
dapat terbukti ketika kita masuk ke dunia kerja, praktek, magang – akankah seluruh
bayangan menyenangkan menghampiri kita atau sebaliknya? Bagaimana kalau kita
menghadapi atasan dan senior yang judes dan tukang suruh? Atau bagaimana kalau
ternyata tenaga dan kemampuan kita tidak berkembang karena terlalu pasif atau
dibiarkan diam?
Ya,
ketakutan saya adalah hal nomor dua. Semua hal yang menyenangkan tidak perlu
banyak dipelajari karena hal tersebut alamiah akan membuat kita nyaman dan
betah mengambil ilmu disana. Bos yang komunikatif, teman yang saling membantu,
dan ilmu yang membuat kita makin berkembang. Nah, yang parah adalah – ketika kita
merasa buruk dalam keadaan tersebut karena situasi dan kita terkalahkan oleh
kondisi tersebut/ akhirnya lama kelamaan semangat memudar dan keinginan belajar
hilang.
Oke
berikut tips dari saya, untuk saya dan sekaligus untuk kalian semua – apa saja
sih yang harus dilakukan ketika jadi anak magang untuk menambah value ? here we goo :
1.
Komunikatif
Prinsip saya
pertama adalah, jangan nunggu diajak ngomong. Jangan nunggu ditanya. Kalau mereka
bukan tipe yang suka banyak nanya, maka kitalah yang harusnya bersikap riang
dan tunjukkan ketertarikan pada mereka. Perkenalkan diri, ingat nama mereka,
ajak berbicara hal yang sekiranya berhubungan dengan mereka (pahami tips trik
ngobrol lancar) dan bertanyalah untuk menambah ilmu. Jangan malah karena kamu
didiemin lingkungan, kamu jadi makin pasif.
Tapi ingat, hal
tersebut harus dengan membaca respon sekeliling. Jangan sampai kalian bicara
terlalu banyak atau berbuat ceroboh yang justru membuat penilaian tentang
kalian menjadi buruk. Stay cool.
2.
Pahami kondisi dan situasi
Jangan jadi anak
berisik ketika situasi sedang rusuh, dan jangan jadi pendiam ketika lingkungan
sedang pasif. Yang dibutuhkan disini adalah ketepatan membaca situasi. Kita tidak
bisa hanya berpangku tangan dan menjadi pasif untuk menjadi akrab atau
menaklukkan lingkungan baru. Pandai-pandailah mempelajari bagaimana kondisi
seseorang dan lingkungan, setelah itu baru kalian bisa memutuskan hendak mengambil sikap
bagaimana untuk orang tertentu dan keadaan tertentu.
Satu orang dengan
yang lainnya tidak bisa disamakan bukan?
3.
Kuatkan mental dan kesabaran
Saya
pernah dalam keadaan down ketika menghadapi lingkungan baru. Ketika kepala saya
memproduksi keadaan mental yang tidak atau kurang baik, hal tersebut
berpengaruh, bahkan sangat berpengaruh terhadap kinerja fisik saya. Saya jadi
murung, tidak fokus, dan mudah lelah.
Lantas
saya akhirnya menyadari, kekuatan/energi mental lah yang mempengaruhi
segalanya. Oke, saya harus merubah pola pikir saya. Seketika itu ketika pagi
hendak berangkat saya harus memperbaiki mood dengan tersenyum, bernyanyi lagu
semangat, atau memberikan kata-kata positif pagi hari. Setelah sampai di
kantor, tepat sebelum masuk pintu, saya akan mengatur suara dan memberi salam
dengan suara riang. Ternyata, kekuatan mental yang dibangun bisa membuat
semangat saya bertambah seharian penuh.
Jadi,
duduklah dengan tegak, tersenyumlah, dan jalani hari dengan baik.
4.
Hilangkan prasangka buruk
Ketika
dalam keadaan mental yang tidak baik (seperti yang saya bahas pada angka 3 di
atas), kita akan cenderung berpikiran buruk. Satu demi satu prasangka buruk akan
muncul di kepala, semisal :
“aku
malas ah berangkat lagi”
“ah,
aku telat ajadeh, biarin aja anak magang ini kan terserah”
“aku
jadi males sok baik. Bodo amat apa kata mereka”
Rangkaian
kata kata dan prasangka buruk tadi apabila dibiarkan terus menerus akan membuat
kita kehilangan kesempatan memperoleh ketenangan dan ilmu yang banyak. Jadi,
singkirkan perasaan dan pikiran tersebut. Daripada berpikir yang buruk,
bukankah lebih menyenangkan berpikiran baik yang membuat kita dapat mengambil
manfaat dari banyak hal? Lagipula, pikiran buruk sangaaaat sangaaat
menghabiskan tenaga kita.
5.
Jadilah bermanfaat
Jangan
menyerah ketika lingkungan tidak membiarkan kemampuan kamu berkembang. Ketika orang
lain tidak percaya kepada kemampuan kita, maka itu adalah masalah mereka. Ketika
kita tidak mempercayai kemampuan diri sendiri, maka itulah masalah kita
sesungguhnya. Jadilah anak yang bermanfaat, itu kuncinya.
Tidak
masalah kita disepelekan, dihina, dimarahi, membuat kesalahan, dibiarkan,
didiamkan. Tapi dengan pikiran positif kita harus terus menerus meyakinkan diri
bahwa kita harus terus bermanfaat dimanapun kita berada. Terus tawarkan
bantuan yang bisa kita lakukan dengan tulus kepada mereka. Berangkatlah lebih
pagi. Kerjakan sesuatu yang bisa dilakukan. Selesaikan tugas dengan baik dan
tepat waktu. Setidaknya, kita harus bermanfaat untuk mereka yang telah mau membantu
kita bukan?
Jadi,
dari 5 tips yang saya berikan tadi, kata siapa magang itu nggak enak? Kata
kita sendiri kan kalau kalah dengan sikap orang. magang itu enak kok, banyak
teman, banyak ilmu, banyak pelajaran, dan banyak sekali perasaan yang kita dapat.
Salam
anak magang.
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida