Usia saya ketika benar benar mulai menabung,
menyisihkan sebagian penghasilan mungkin bisa dikatakan baru beberapa tahun.
3-4 tahun dihitung mundur. Kalau memang dulu sewaktu saya Sekolah dasar atau
taman kanak kanak sudah terjadi, itu pasti karna inisiatif guru atau orang tua
saya. Lah, apa bedanya nabung waktu dulu sama waktu sekarang ?
Jelas
beda dooong ya.
Menabung
waktu kecil, adalah pola yang dibiasakan oleh orang tua dan lingkungan agar
besar kelak kita terbiasa melakukan hal tersebut. Sayangnya, perilaku ini
biasanya tidak berkelanjutan karena kesadaran menabung kita yang kurang. Kita
menunggu satu bulan masa gajian hanya untuk dihabiskan.
Dalam
beberapa hal, kita dimudahkan oleh jasa keuangan untuk terus meminjam. Kredit
dan kredit. Kepingin ini gausah ribet, kredit aja. Dikit dikit, kredit aja.
Tidak sadar betapa merusaknya kepala yang terus menerus berfikir terus meminjam
karena tidak tau cara lain.
Sebagian
orang pasti akan beralasan, bahwa kredit juga adalah sebuah usaha. Tapi pola
yang demikian membuat kita malas menghargai suatu proses, malas berfikir.
Padahal, kredit dan menabung adalah hal yang sama sama melibatkan uang bulanan.
Bedanya, kredit menguntungkan orang, menabung menguntungkan kita sendiri.
Bayangkan
jika kita ingin membeli kendaraan. Tabunglah 1/3 dari gaji, dan satu tahun atau
dua tahun sejak anda menabung. Motor sudah dapat terbeli. Sementara kredit
memang tidak membutuhkan waktu lama, tapi uang yang anda keluarkan jauh berbeda
daripada membeli sendiri. (Ya jelaslah, namanya juga minjem pasti
ada untungnya). Bedanya memang hanya itu, dan pikirkanlah.
Oke,
abaikan soal kredit. Katakanlah kita sekarang menginjak usia 25 tahun. Dan apa
jadinya kalau kesadaran menabung sudah ada sejak kita sekolah menengah pertama
? Atau bahkan sekolah menengah atas ? Pasti sudah banyak hal yang kita raih
sekarang. Tabungan yang banyak, pengalaman jalan jalan, naik haji, mobil atau
berbentuk harta materiil lain. Saya sedang tidak berandai andai, tapi kalau
benar terjadi, bukankah menyenangkan membayangkan hal tersebut ?
Perhitungan
sederhananya, setiap hari ketika sekolah wajarnya kita akan mendapatkan uang
saku dari orang tua. Besarannya bisa sepuluh ribu, limabelas ribu sampai
seterusnya. Dari uang tersebut, alokasi pokok tiap hari yang digunakan adalah
hanya uang makan dan bensin (pribadi). Main ke mall, nongkrong, bioskop,
karaokean jelas bukanlah kebutuhan primer anak usia tersebut. Anggap saja 15
ribu dikurangin makan 5 ribu, anggaran bensin dihitung dua hari sekali karena
jika tidak begitu mendesak, bensin tidak akan langsung habis dalam sehari. 10
ribu kali 30 hari = 300 ribu, minus bensin (hitung saja setengahnya sebagai
uang tidak terduga), katakanlah kita sesungguhnya bisa menyisihkan uang 150 k
perbulannya. 150k dikali 12 bulan = hasilnya kita akan dapati uang sejumlah
1.800.000,- di tabungan kita. Wow. Untuk pemula, angka itu sudah sangat
fantastis dan patut diacungi jempol.
Oke,
mungkin beberapa dari kalian tidak diberi uang saku harian. Tapi bulanan.
Biasanya mereka yang diberi uang bulanan sudah include bensin dan
lain lain. Jadi uang tersebut bersih hanya untuk jajan saja di sekolah. Dengan
sistem bulanan begini, akan lebih enak menyisihkan uang tiap bulannya. Sekali
diberikan, tinggal sisihkan saja sebagian khusus untuk tabungan atau uang keamanan.
Hehe.
Saya
jadi kepikiran, dari hal hal tersebut kita bahkan bisa membeli semua yang kita
inginkan tanpa harus membebani orang tua. Sebut saja handphone. Orang tua
mungkin tidak bisa langsung membelikan merk yang kita suka karena kebutuhan dan
keperluan orang tua jg banyak, tapi kita bisa menawarkan untuk memberikan uang
saku lebih banyak untuk kita sisihkan - dan akhirnya terbelilah hal itu. Kita
senang, orang tua beban menjadi berkurang.
Yang
kedua, orang tua kita suka sekali memberi uang kepada kita. Bulek paklek
simbah, siapapun. Bila bertemu dalam acara keluarga atau meminta tolong
melakukan sesuatu, kita terbiasa dimanjakan dengan sistem imbalan (ada uang
akan dikerjakan), maka sebenarnya uang yang kita terima setiap bulannya lebih
banyak daripada apa yang saya hitung tadi.
Uang
tidak terduga hasil pemberian orang biasanya lebih dari sekedar cukup untuk
hidup sebulan. Misalnya saja setiap lebaran, saya di usia 1/4 abad ini masih
bisa mengantongi uang kurang lebih 750 ribu dari angpau yang diberi saudara
saudara. Di tahun tahun yang lebih muda dulu saya bahkan bisa dapat lebih
banyak. Jutaan. Jadi sebenarnya, rezeki kita sudah sangat banyak sejak muda
bukan? Kekurangan sebagian dari kita adalah kesulitan mengelolanya dengan bijak
sejak muda karena tidak ada yg memberi pengarahan.
Nah,
dari uang tersebut, tanyakan pada diri sendiri - kemana saja uang kita selama
ini? Makan? Jalan? Traktir teman? Atau cuman buat nongkrong di PS an dan hal
hal tidak berguna lain? Ternyata, tanpa perencanaan yang baik, uang uang tadi
tidak tau kemana rimbanya. Bahkan kita saja kesulitan menjawabnya.
Baru
saja kemarin saya melihat di televisi, salah seorang pemuda di sumatera, lebih
muda dari saya, sudah menabung sejak muda dan Alhamdulillah tahun ini bisa
berangkat haji. Lalu, ada salah satu artikel menarik yang mengatakan bahwa
seorang ibu2 diberi rekor dunia dengan angka fantastis sebagai penyumbang /
donatur terbanyak. Dia bilang, belilah sesuatu yg benar benar pokok
untuk anda, dan anda bisa menyumbang lebih banyak. Kata kata yang
sangat bijak dan menginspirasi.
Akhirnya,
kita tahu kemana uang kita. Ya, sudah pasti untuk memenuhi seluruh keinginan
keinginan kita yg kadang kadang kurang penting. Sepatu lima kali perbulan, baju
baru, makanan baru yg ditawarkan iklan, pewangi, hal hal sepele yang terus
mengundang minat kita untuk dimiliki. Padahal, sesungguhnya mereka bukan
priority hidup kita. Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk
menebus masa masa boros yang telah lalu?
Bagaimana
kalau saya tawarkan mulailah alihkan pengeluaran untuk hal hal bermanfaat.
Kalau toh belum bisa menabung banyak, kurangi membeli hal tidak penting. Jangan
turuti selalu hawa nafsu. Belilah buku setiap bulan. Kalian tidak akan
menyangka hasil yang akan kalian dapatkan dari buku buku itu. Menabung ilmu
sekaligus menabung potensi usaha penyewaan buku. Hehe. Berikan orang tua atau
saudara hal hal yang menyenangkan. Itu memang bukan menabung uang, tapi itu
menabung kasih sayang dan perhatian mereka di masa depan. Gunakan uang untuk
hal-hal yang memang penting, jalan jalan menikmati dan mensyukuri Alam. Sedekah
misalnya, setidaknya kita mendapat ketenangan dan kepuasan pribadi dari sana.
Dan
untuk itulah saya menulis tulisan ini. Mulailah menabung dari sekarang.
Mulailah menyisihkan sebagian dari penghasilan. Mulailah memilah hal yang benar
benar penting dari sekarang. Mulailah menggunakan uang untuk hal hal yang
bermanfaat jangka panjang (membeli pengalaman, buku, menjadi relawan, dkk) dan
lihat betapa hebatnya kita besok karena telah memilih hal yang tepat.
Tidak
ada kata terlambat untuk memulai perubahan bukan ?
Yok
mulai nabung. Salam dangdut.
Best Regards, Latifa Mustafida
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida