Inspirasi. Bisa dateng darimana aja, dimana
aja, kapan aja, di jalanan waktu liat orang ngemis lewat, waktu liat orang
jualan, waktu liat betapa susahnya orang cari makan, waktu lagi di kamar mandi,
apa aja, mungkin termasuk juga liat actor/aktris yang kamu senengin.
Yang namanya
inspirasi biasanya mengilhami seseorang untuk berbuat hal yang sama dengan
orang yang dilihatnya, jadi gandrung / addict,
ter inspire jadi lebih baik, atau
untuk menghasilkan sesuatu produk/hal. Intinya, inspirasi membawa something new buat seseorang itu,
pemahaman baru, imajinasi baru, ide baru, perasaan baru dan apapun itu. Yang menarik
dari inspirasi, dia bisa di luar rasio ANTARA
seseorang dengan seseorang yang lain, inspirasi adalah soal perspektif. Boleh jadi benar, boleh jadi
kurang tepat bagi yang lain.
Bagi yang meyakininya, tidak ada yang salah
soal itu. Tulisan menarik soal perspektif yang melibatkan kematian anggota shinee,
jonghyun – yang diduga karena depresi dan bunuh diri. Selama beberapa minggu
bahkan bulan di explore akun social media saya, Instagram, bahkan portal web
sekelas kapanlagi.com yang biasa memberitakan kabar terbaru artis
korea, tidak pernah ketinggalan satupun berita mengenai kematiannya, siapa yang
datang ke peristirahatan terakhir, pemakamannya, sampai perilisan terbaru album
barunya. Segala sesuatu tentang jonghyun shine habis dibahas berbulan-bulan
kematiannya, sampai saya sendiri bertanya-tanya, sepenting apa dia dan siapa
dia sampai semua orang di explore mencari kabar tentang dia.
Banyak dari
teman-teman saya penggila K-Pop menyayangkan hal tersebut, dan bahkan menangis.
Idola mereka meninggal dan mereka kehilangan panutan. Bagi mereka mungkin
seperti kehilangan sebagian dari diri mereka sendiri, tapi bagi sebagian besar
yang lain ….
Mereka mengernyitkan
dahi, dan bertanya, untuk apa kematian orang yang bukan siapa-siapa dan bahkan
bunuh diri harus ditangisi selama berhari-hari? Apa faedahnya nangisin orang
mati bunuh diri? Kenal juga enggak, ngapain musti repot peduli. Disinilah letak
keegoisan masing-masing dari perspektif. Perspektif selalu membawa konsekwensi
pembenaran bagi masing-masing orang yang meyakininya. Ia seperti keyakinan yang
hidup dalam diri seseorang. Atas dasar apapun, mereka menganggap itulah yang
terbenar. Bahkan bagi saya juga.
Saya menganggap bahwa
kesukaan saya lah yang paling baik, yang lain aneh. Dan mungkin pula
sebaliknya. Mereka melupakan bagian inspirasi yang bisa didapat seseorang dari
perpektif pribadinya. Dari kacamata mereka, mungkin itu kesedihan yang
dalam, seseorang yang mereka sayangi – cintai dari jauh meninggal dunia. Itu artinya
mereka tidak dapat melihat lagi karyanya, yang terpenting mereka tidak bisa
lagi mengespresikan kecintaannya karena yang dicinta sudah pergi.
Sedetik
kemudian saya menyadari, ini soal perspektif. Yang tidak dapat dipaksakan sama.
Ia seperti keyakinan itu sendiri yang selalu berbeda di kepala orang. Benar kata
Dosen UGM tersebut, dalam akunnya @madeandi,
beliau mengomentari anaknya yang juga bersedih atas meninggalnya jonghyun : perspektif adalah keputusan pengamat bukan
soal obyek yang diamati.
Itu berarti perspektif
MUTLAK keputusan setiap orang, tidak dapat diganggu gugat. Tidak peduli hal
tersebut Nampak aneh bagi pihak lain, alay. Nggilani, dan apapun sebutannya,
inspirasi bisa hinggap di pihak mana saja bersumber darimana saja. Entah itu
India, Korea, atau Hongaria. Inspirasi tidak terbatas suku, maka bisa jadi saya
menyukai Korea dan Nampak asing bagi saudara saya yang menyukai India, tidak
masalah. Kita hanya butuh menghargai setiap keputusan pengamat. Dan keputusan
pengamat untuk menentukan mana dan siapa yang memberikannya inspirasi. Bukan orang
lain.
Saya bisa saja
terinspirasi dari mereka artis korea dengan dandanan imut dan awet mudanya,
atau melihatnya dari kacamata kerja keras mereka sejak muda. Saya bisa
terinspirasi, sedangkan saudara saya bisa saja tidak. Saya bisa saja
terinspirasi dari sikap halus dan ramah seseorang dalam merespon orang lain,
dan orang lain di sebelah saya yang melihatnya sama sekali tidak tertarik. Saya
bisa terinspirasi karena ketidakmampuan seseorang yang bersusah-susah payah
bekerja di jalanan untuk memilih belajar dan bekerja lebih giat. Soal inspirasi,
kita sama sekali tidak tahu perspektif mana soal itu yang diambil orang lain
untuk meyakininya dan menjadikannya sebagian bagian dalam dirinya.
biar kalian juga ikut meresapi
tulisan bagus bapak Dosen itu,
berikut saya kutip ulang tulisan
pendeknya :
"Perspektif.
Inspirasi adalah soal keputusan pengamat bukan obyek yang diamati.
Inspirasi adalah soal keputusan pengamat bukan obyek yang diamati.
Bagi kita mungkin biasa
saja atau bahkan alay, bagi orang lain mungkin itu inspiratif.
Percayalah,
kalau generasi 80/90 an merasa keren sekali saat mengidolakan Rolling Stone,
The Beattles, Guns n Roses dkk, kids zaman now merasakan sensasi yang sama
ketika menikmati K-Pop.
Ketika generasi kami dulu
histeris berduka menyaksikan Kurt Cobain bunuh diri maka Jonghyun memenuhi
ruang hati para kids zaman now dengan duka cita mendalam saat dia meninggal
dunia.
Ketika kami, para generasi 80/90an, merasa kids zaman now suram masa depannya karena mereka tidak bisa cuci piring, nyapu dan menyapa tamu saat kumpul keluarga,
kami mungkin lupa bahwa
mereka sudah memenangkan lomba menulis Bahasa Inggris di Uni Eropa bahkan pada
usia ketika kami dulu bahkan belum mulai belajar Bahasa Inggris.
Semua itu adalah soal perspektif.”
Semua itu adalah soal perspektif.”