“My bag, my mind”



Judul tulisan ini persis saya ambil dari blog andriewongso.com, - “my bag my mind -  tas ku pikiranku”, yang kalau versi saya sebenernya mau saya kasih judul “menyederhanakan isi kepala”. Tapi berhubung saya menemukan judul yang lebih baik, asal ini sama-mengulas suatu hal yang berkaitan saya pikir tidak masalah dengan syarat saya menuliskan sumber referensinya.

Sebagian besar dari kita kerapkali bertanya bagaimana caranya mempermudah masalah, meringankan beban, dan atau hal-hal lain yang tampak serupa, kita meributkan suatu hal di luar tapi tidak pernah memperhatikan ke dalam. Focus ke ekstern dan cuek bebek pada intern. Semacam kenapa sih orang lain yang kerjanya lelet, kenapa mereka jahat dan nggak cepet paham, kenapa di luar hujan, dan semacamnya. Kita lebih focus untuk memperhatikan dan mempermasalahkan segala sesuatu di luar, padahal, untuk dapat berubah – yang seharusnya kita rubah adalah diri kita dulu. Isi kepala kita dulu. Adalah perpekstif dan cara pandang kita dulu.

Coba sesekali buka tas anda, isi computer jinjing, handphone, lemari, isi kamar, rak buku. Tengoklah barang sebentar, sudah benarkah disana hanya ada barang-barang yang benar-benar ingin kita lihat dan butuhkan? Jangan-jangan di dalam tas kita, computer jinjing, handphone, kamar dan sebagainya – tercampur baur seluruh sampah make up tahun lalu, kertas tidak terpakai, file-file sampah dan skrinsut percakapan tidak penting, bantal yang sudah usang, baju yang tidak pernah terpakai, buku-buku yang kotor dan berdebu. Segala macam hal tidak baik dan sesungguhnya hanya sampah.



Meskipun kelihatannya ringan, aplikasi dan folder yang tidak penting dalam computer jinjing dan handphone pasti mempengaruhi lambat atau tidaknya kinerja gadget kamu – panas, atau sering mati mendadak. Meskipun kelihatannya sepele, kertas struk, sisa-sisa bedak, uang receh yang sampai berlumut di dalam tas kamu menunjukkan betapa tidak sederhana dan tidak rapinya kamu. Hal-hal yang saya sebutkan di atas tadi ternyata mempengaruhi segala ihwal dalam kegiatan kita sehari-hari, termasuk penilaian orang kepada kita.

See, tidakkah kita memahami seluruh barang yang kita punyai merefleksikan pikiran dan hidup kita?

Terlalu banyak hal-hal tidak penting yang kita simpan ternyata merefleksikan isi kepala kita. Kadang, mirip dengan isi tas atau file sampah yang kamu simpan dalam smartphone, kepala kita - pikiran kita tanpa disadari seringkali hanya diisi dengan berbagai penyesalan, kekhawatiran, dendam, sakit hati, iri, dengki, dan hal-hal merusak yang ternyata mengotori hati dan pikiran.

 Coba lah untuk mulai menyortir seluruh hal yang kita punya, mulai dari hal-hal terkecil, menghapus aplikasi dan foto-foto yang tidak penting (simpan saja dalam flashdisk, harddisk, atau computer). Jika ada kalimat tidak menyenangkan yang ditujukan padamu, alih-alih menyimpannya dalam handphone, hapus saja agar tidak mengotori isi kepala.  Jika ada yang menyakiti hatimu, anggap saja dia orang gila yang tidak perlu kita pedulikan. Jika ada hal-hal buruk yang mulai meracuni isi kepalamu, yakinlah, bahwa kita selalu bisa mengambil kebaikan dalam tiap hal.

Pesan serupa saya dapat dari buku the magic of tidying up (saya lupa judul buku lengkapnya) dan buku serupa karangan orang korea. Mereka bilang, dengan berbenah mulai dari isi lemari, ternyata hal tersebut berpengaruh terhadap cara pandang dan kelegaan hati kita. Dengan membuang barang yang tidak penting, menghapus hal-hal tidak penting, dan tidak memaksakan agar segala sesuatu bisa kita tampung, ternyata memberikan kelegaan luar biasa dan semangat hidup yang lebih tinggi.  

Tulisan ini sebenarnya pernah saya singgung seperti post saya yang berjudul, “mari menciptakan kenangan yang baik.” Yang intinya, tidak pernah ada kebaikan dari pikiran yang ribet, semrawut, dan tidak rapi. Jadilah sederhana, begitupun dengan isi kepala.

Kita justru bisa melihat segala sesuatu dengan lebih jelas dengan menyederhanakan isi kepala. Jadi, mari buang sampah dalam tas, folder computer, handphone, dan mari buang sampah-sampah pikiran kita.