Persiapan dunia, bekal akhirat.
Rezeki dalam Bahasa arab dapat diartikan sebagai “pemberian”.
Itu berarti rezeki merupakan hak prerogatif dari Allah sebagai “Yang Maha
Memberi, Yang Maha Memiliki”, bukan semata dari hasil kerja saja. Rezeki merupakan
ketetapan Allah yang telah ditetapkan bahkan sebelum manusia diciptakan, ia
merupakan perolehan dari kemurahan Allah, termasuk atas ibadah dan tawakkal
seorang hamba.
Di dalam rezeki terdapat hak manusia yang dimiliki manusia lain.
Dengan demikian, rezekimu, bukan hanya rezekimu. Rezekimu, belum tentu hartamu.
هُوَ كُلُّ مَا تَنْتَفِعُ بِهِ مِمَّا اَبَاحَهُ اللهُ
لَكَ سَوَاءٌ كَانَ مَلْبُوْسٌ اَوْ مَطْعُوْمٌ … حَتَّى الزَّوْجَة رِزْق،
الاَوْلاَدُ وَ البَنَاتُ رِزْقٌ وَ الصِّحَةُ وَ السَّمْعُ وَ العَقْلُ …الخ
Dalam tafsir ini, Rezeki diartikan
sebagai, “segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, pakaian,
makanan, sampai pada jodoh. Itu semua adalah rezeki. Begitu pula
anak-anak. Termasuk dalam hal ini adalah kesehatan, pendengaran, penglihatan.
Makanan yang kamu peroleh,
pakaian yang kamu kenakan, rumah yang kamu tinggali, pekerjaan yang kamu kerjakan,
kendaraan yang mengantarkanmu pada tujuan, fisikmu yang sehat, panca inderamu
yang waspada, dan begitu banyaknya. Adalah bentuk rezeki di dunia. Dan termasuk
rezeki adalah, kesempatanmu saat ini, waktu yang masih dapat kalian manfaatkan
detik ini, untuk melakukan sesuatu.
Melalui rezeki kamu dapat
hidup di bumi Allah, namun rezeki yang kamu peroleh dari Allah adalah titipan
dan sekaligus ujian bagimu. Tidak seluruhnya merupakan hartamu. Tidak semuanya
dapat menjadi bekal amalmu.
Kamu punya uang 10 juta, dengan
2 karyawan yang harus diberi hak setiap bulan, operasional kantor, orang tua
yang membutuhkan uang untuk membayar cicilan, dan kewajiban lain yang berada di
sekelilingmu. Benarkah uang yang kamu simpan itu
benar hanya rezekimu? 10 juta tadi ketika telah kamu kurangi dengan segala
kewajiban-kewajiban yang ada, maka yang dapat kamu gunakan untuk membeli
makanan untuk dirimu sendiri, pakaian, atau apapun yang kamu manfaatkan adalah
rezekimu.
Ia yang menjadi
manfaat bagi orang lain, baik dalam bentuk materi, makanan, atau bantuan adalah
rezeki orang lain. Untuk menyederhanakannya, rezeki adalah yang kamu dapatkan
di dunia, sedangkan hartamu – adalah yang juga akan sampai bahkan ketika kamu
telah meninggal dunia.
Begini, sisa
uangmu adalah 2 juta, tiba-tiba saja kamu ingin membelikan makanan kepada orang
lain, baik itu saudara, teman, atau kenalan. Ketika sampai padamu, itu memang
rezekimu (bebas sekehendak hati akan digunakan untuk apa), tapi ketika sampai
pada tangan orang lain, maka itulah rezeki mereka (yang melalui kamu datangnya).
Itu memang telah menjadi rezeki orang lain, tapi jalan sedekah yang kamu pilih
membuatnya menjadi hartamu. (yang kamu simpan, yang kamu miliki sebagai bekal).
Rezekimu,
belum tentu adalah hartamu. Rasulullah SAW Bersabda:
“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda,
“Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan
akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang?
Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja? ” (HR. Muslim no.
2958)
Dalam hadist
selanjutnya,
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah
hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan
akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain
itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan. ” (HR. Muslim
no. 2959)
Makanan yang
kamu makan sendiri akan habis dan berubah jadi kotoran, pakaian yang kamu
kenakan akan usang, kendaraan – rumah – gadget, atau barang apapun yang kamu gilai
saat ini akan terus melemah fungsinya, begitupun usia. Hal-hal yang kamu dapatkan
di dunia yang tidak dapat kamu manfaatkan sebagai bekal di akhirat itu bukanlah
hartamu.
Segala yang
berbentuk rezeki yang telah kamu terima adalah rezekimu, tapi itu bisa berubah
juga menjadi hartamu jika terkandung ibadah di dalamnya, dan apa saja ibadah
yang kamu lakukan dengan rezeki itu akan menjadi hartamu.
“HARTAMU
adalah YANG KAMU SEDEKAHKAN”, adalah yang kamu sampaikan kepada
pekerjamu tepat pada waktunya, adalah yang kamu berikan kepada ibumu, bapakmu,
saudaramu, dengan niat baik baik dan ikhlas, adalah yang kamu sumbangkan kepada
mereka yang membutuhkan, adalah yang kamu wakafkan, adalah yang kamu bagikan, adalah
yang kamu berikan dengan niat beribadah kepada Allah, adalah yang dapat memberimu
manfaat bahkan ketika kamu telah meninggal dunia. Itulah sebenar-benar hartamu.
Yang dapat memberimu manfaat di dunia sekaligus bekal akhirat. Yang memberikanmu
rasa aman, tenang, damai, pasrah, syukur. Menarik bukan, rezekimu bisa menjadi
hartamu jika bisa kamu gunakan secara baik dan tujuan jangka panjang.
“Hanya harta yang kamu
belanjakan di jalan Allah (SEDEKAHKAN) itulah yang menyertaimu.”(HR.
Muslim)
مالك ما قدمت ومال وارثك ما أخرت
“Hartamu
adalah yang kau infakkan, adapun yang kau simpan adalah harta ahli warismu (HR Bukhari)”
Hartamu –
adalah yang dapat kamu simpan di catatan Allah sebagai bekal di akhirat. Hanya itulah
yang akan menyertai kita beserta buku amal kita. Seluruh nominal isi tabungan,
rumah mewah, kendaraan baru, gadget keren, pakaian atau barang branded tidak
akan memberikanmu manfaat ketika kalian meninggal dunia jika hanya digunakan
untuk kepentingan dunia saja. Maka rezekimu, harus bisa menjadi jalan hartamu. Bagaimana
caranya?
وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
“Apa saja
yang kamu infakkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu
dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). QS Al-Anfal [8]”.
Artinya: "Kamu sekali-kali tidak
sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan (sebagian
harta) yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya
Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imron: 92)
“Harta
tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan
Allah tambahkan kewibawaan baginya” . (HR. Muslim, no. 2588).
Gak sulit kok memulainya, hanya dengan bekal keyakinan bahwa semua yang kita berikan akan jadi harta kita di akhirat nanti, jadi penolong kita di hari pembalasan nanti, Allah bakal lebih memudahkan hidup kita di dunia dan memberikan balasan yang berlipat-lipat dimanapun kita berada.
Jadi, yuk mulai sedekah subuh, sedekah pada orang tua, bermurah hati pada mereka yang membutuhkan, membantu mereka yang kesulitan. Investasikan rezeki kita agar dapat menjadi bekal kita nantinya. Gunakan rezeki kita di jalan Allah agar dapat menjadi harta yang menolong kita. Gunakan dengan bijak rezeki yang telah Allah berikan bagi kita.
Mari mulai menyiapkan harta kita sendiri
sebagai bekal akhirat nanti. Semoga Allah memberikan kita jalan yang terbaik di
dunia dan bekal terbaik di akhirat. Aamiin.
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida