Rasulullah
SAW bersabda,
“Barangsiapa
mencari Ridho Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari
beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridho manusia namun Allah murka, maka
Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia (HR Tirmidzi No. 2414 & Ibnu
Hibban 276)
Ini
sesuatu hal yang harus kamu alami & pelajari sebagai manusia.
Tidak
semua manusia yang kamu temui dalam hidup akan mendoakan kebahagiaanmu, memuji
hasil kinerjamu, memberikan feedback bagus atas cerita yang kamu
sampaikan, turut bersedih atas kesedihan yang kamu rasakan, membantu seluruh
kesulitan yang kamu rasakan, menjadi tempat cerita- ceritamu bisa didengar –
Bisa
jadi sebaliknya,
Mereka
akan menertawakan kesuksesan yang kamu bicarakan, mencerca sesuatu hal yang
sebenarnya layak mendapatkan pujian, mengatakan
buruk hasil usahamu, merendahkan segala hal ihwal rencana besarmu, mengernyit
sinis atas kabar bahagia atau kesuksesan yang kamu dapatkan, lebih dari itu,
mungkin saja mempermasalahkan seluruh hal yang kamu anggap wajar.
Kamu
terlukai, kamu bersedih atas hal yang kamu dengar – yang kamu dapatkan – yang kamu
lihat.
Tapi
tidak apa. Biarkan saja. itu sudah kodratnya. Mungkin kita pula.
Imam syafii
memperingatkan pada kita, ““Anda tidak akan mampu mendapatkan ridha semua manusia, maka
perbaikilah hubunganmu antara dirimu dengan Allah & tidak usah peduli
dengan ucapan orang-orang”
Nasihat itu sudah cukup menjadi
gambaran bahwa manusia itu sendiri tidak pernah sempurna. Tidak kita, tidak
pula mereka.
Begitu banyak kekurangan, begitu
banyak hal yang menjadi pelajaran.
Lagipula
mungkin, kita juga pernah menjadi mereka. Yang menghina saat seharusnya memberikan
kekuatan. Yang tertawa sinis saat mendengar kabar bahagia. Yang berkomentar
buruk saat seseorang yang lain mendapatkan dulu pengabulan doa. Mungkin saja,
tapi kita lupa.
Kita
mungkin pernah menjadi mereka.
Yang
tidak turut berbahagia atas kebahagiaan sanak saudaranya, yang tidak mendoakan
ketika salah satu dari mereka butuh dikuatkan, yang tidak memberikan support ketika
mereka sedang kewalahan.
Lingkaran
kehidupan yang sesekali harus kamu rasakan.
Jika
memang begitu, maka seharusnya kita harus berkaca – bahwa lingkaran ini tidak boleh dipertahankan. Jika kamu tidak menyukai sesuatu hal maka barangkali
orang lain juga tidak menyukainya. Jika kamu pernah terluka karena seseorang,
barangkali mereka juga pernah terlukai karena sikap kita. Sudah sepantasnya
kita mendapat ibrah dari luka yang kita dapatkan dari seseorang.
Yang
kita perlukan hanya memperbaikinya.
Seperti
semua orang yang tidak sempurna, kita juga sangat tidak sempurna.
Jika kita berharap orang lain akan
terus berbuat baik kepada kita maka sesungguhnya kita yang salah. Jika kita
berharap orang lain akan terus memihak, memuji, menjadi dukungan terbesar kita,
itu berarti kita yang telah salah menduga.
Bahkan Imam Asy-Syafi’I banyak mengingatkan kita:
رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَكُ
-
“Ridho manusia merupakan tujuan yang tidak
bisa tercapai”
-
Keridhaan semua manusia adalah
satu hal yang mustahil untuk dicapai, dan tidak ada jalan terselamatkan
dari lidah mereka, maka lakukanlah apa yang bermanfaat untuk dirimu,
dan berpegang teguhlah dengan-Nya.
Mengapa
kita menetapkan tujuan yang tidak akan tercapai selamanya ?
Mari
kita menetapkan tujuan Allah saja dan lakukan hal terbaik sebisanya.
Lagipula, kita tidak akan pernah bisa terlepas dari hinaan – makian – pengrendahan – perbandingan yang dibuat manusia. Semoga kita menjadi lebih baik setiap harinya.
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida