Pertama kali masuk area bandara Madinah, kita langsung akan disambut petugas imigrasi yang sebagian besar adalah perempuan berpakaian serba hitam dan bercadar hitam. Dulu, katanya petugas imigrasi adalah laki-laki, tapi karena lebih genit dan lama akhirnya mungkin menyebabkan kebijakan berubah hhe. Saya hanya mendengarnya dari teman yang sudah beberapa kali umroh, jadi saya tidak bisa memastikan kebenarannya.
Saat itu sudah malam, kurang lebih pukul setengah 9 malam, meskipun jilbab
mereka digunakan secara acak tapi itu sama sekali tidak bisa menutup kecantikan
yang terpancar dari mata dan hidung mereka yang tertutup cadar. Hidungnya tampak
sangat indah dan matanya bikin ngiri, aslik! Saya bilang iri karna mata saya
typical asia yang sipit dan kecil sehingga untuk menyeimbangkan tampilan sipit,
hidung saya juga kecil wkkw.
Kali kedua, masuk pelataran masjid
Nabawi, banyak sekali anak kecil perempuan yang berlarian di seputaran masjid –
mengobrol sambal bercanda bersama saudaranya. Sekalipun sudah hampir berganti
hari, mereka masih terjaga dan berada di area masjid. Bayangkan jika itu Indonesia,
anak-anak sudah dilarang berkeliaran jauh dari rumah, bahkan jika itu adalah
masjid sudah pasti dimarahi untuk segera pulang.
Selanjutnya, akan kalian temui
semua bentuk yang indah dari perempuan Saudi, di pintu masjid, di dalam masjid,
di pelataran – dimanapun, mudah bagi kalian menemukan wanita lalu lalang berpakaian
serba hitam sekaligus bercadar hitam yang tampak sangat cantik (sampai saya
berkeinginan seperti mereka juga).
Kalau boleh dibilang secara teori, kain hitam jika disandingkan suhu
panas seharusnya tidak nyaman digunakan karena menyerap panas dan pasti akan
bikin tambah panas. Bahkan di beberapa informasi yang saya baca di internet
tidak menyarankan menggunakan baju hitam supaya nggak kepanasan, tetapi sebagian
besar penduduk asli sini malah menggunakan warna hitam (yang bahkan terasa
panas untuk saya).
Saya rasa itu sudah menjadi tradisi dan budaya arab, jadi banyak perempuan
yang pakai warna hitam. Barangkali itu identitas sekaligus untuk menutup aurat,
karena pakaian putih memang tidak aman dari menerawang hhe. Selain itu,
sepertinya hitam lebih cocok untuk mereka. Ketika digunakan orang berkulit
putih dan mancung seperti mereka, kecantikan mereka naik 100 derajat lebih baik
dengan warna hitam, dan itu tidak untuk semua orang. Betapa beruntungnya mereka
dikarunia paras yang menyenangkan (terlepas dari suhu yang bagi saya kurang bersahabat).
Saya bisa bilang bahwa perempuan
saudi 100% bagus dari angle manapun, mau dari kanan – kiri – tengah –
atas – bawah - nyerong. Saya sampai minder kalau harus foto atau duduk di
sebelah mereka. Selain cantik, mata besar, bulu mata bagus, kulit putih mulus
dan hidung bangir – hampir semua yang saya lihat pandai membaca Al-Quran. Di
setiap kali waktu shalat masuk, akan banyak rombongan terpisah atau sendirian yang
sudah iktikaf di masjid untuk membawa Al-Quran. Melihat itu saja sudah cukup membuat
saya terpukau sambil menikmati keindahan di depan saya. Sudah cantik, pinter
baca alquran lagi.
Saya sering kali curi-curi pandang
dan berbisik ke adek saya kalau ada perempuan Saudi yang melintas di depan saya
atau kebetulan duduk tidak jauh dari saya. Saya bilang, “dek cantik banget itu!
Ya Allah anaknya manis gitu”. Lalu adek saya membalas, “iya udah tau!”. Betapa tidak
manisnya jawaban adek saya, hhe.
Untuk kebiasaan mengaji, mungkin
tidak perlu saya herankan, karena merupakan tempat tujuan ibadah agama Islam –
sudah pasti masyarakat sekitar juga akan mengambil manfaat disini dengan beribadah
lebih baik, apalagi dekat dengan Makam Rasulullah. Sehingga hal tersebut
menjadi kebiasaan, seperti mengajak keluarga untuk berjamaah di masjid dan
berpisah di pintu nomor tertentu untuk nanti berkumpul lagi disana ketika
pulang.
Saya beberapa kali melihat ada ibu yang membawa beberapa anaknya untuk
iktikaf di masjid, entah perempuan atau laki-laki, entah masih kecil atau sudah
dewasa. Meskipun hanya bermain handphone atau menemani ibunya, saya rasa
itu tetap suatu kebiasaan bagus mengajarkan anak untuk terbiasa di masjid.
Terlepas dari itu semua, saya mau
bilang bahwa – hebatnya Allah, dengan kultur panas, berangin, lembab seperti di
arab bisa menciptakan fisik dan tipikal tubuh yang tepat untuk itu. Akan banyak
sekali kalian temui, mereka yang berbadan tinggi, hidung mancung, ciri-ciri
fisik yang bagus untuk bertahan di tempat panas dan bersuhu tinggi.
Kalian pasti akan terpukau melihat kecantikan mereka sambil berdoa dalam
hati setidaknya bisa sedikit seperti mereka. Pokoknya, perempuan Saudi memang
beda bikin mindernya hehe.
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida