JANGAN MEMBUAT MASALAH KECIL JADI MASALAH BESAR : Review Buku

Judul buku  : JANGAN MEMBUAT MASALAH KECIL JADI MASALAH BESAR

Pengarang : Richard Carlson

Penerbit    : Gramedia Pustaka Utama

Halaman   : 234 hlm

          Buku terbaik di 2024 yang saya baca. Terdiri dari 100 sub bab, kalian dapat membacanya tanpa harus terburu-buru menyelesaikan. Buku ini khusus dibuat untuk dipraktekkan dan dapat kalian rasakan manfaatnya.

          Meskipun 100 sub bab itu kesemuanya bagus, tetap ada beberapa judul favorit yang sangat mengena di hati saya dan bahkan langsung saya praktekkan. Berikut:

(1)  Ingatkan diri anda bahwa bila anda mati, daftar tugas anda tak akan pernah kosong

(2)  Jadikan pihak yang lebih dulu melakukan pendekatan

(3)  Sisihkan waktu setiap hari untuk mengingat siapa yang perlu diberi ucapan terima kasih

(4)  Lihatlah apa yang tersembunyi di balik tingkah laku orang

(5)  Hindari mencari-cari atap yang bocor

(6)  Anggaplah masalah anda sebagai guru yang potensial

(7)  Bersikap fleksibellah terhadap perubahan rencana

(8)  Berlatihlah mengabaikan pikiran negative

 


Selama membaca buku ini, dalam kurun waktu hampir 2 bulan, saya merasa terdapat perubahan-perubahan kecil setelah mengaplikasikan apa yang ditulis dalam buku ini. khususnya penerimaan. Saya akhirnya menerima bahwa, biarkan saja merasa bosan, sedih, kecewa, toh hal itu akan berlalu juga sebagaimana apa yang kita pikirkan. Tidak apa-apa beristirahat, tidak apa-apa melakukan penolakan, tidak apa-apa terlambat sebentar, dan tidak apa-apa kadang merasa buruk.

Setiap hari hampir saya lalui dengan tugas demi tugas yang kalau mau kita renungkan, semua itu memang tidak akan pernah berakhir. Otak perencana akan selalu menemukan pekerjaan atau hal lain untuk selalu dikerjakan, untuk itulah kita sendiri yang harus meluangkan waktu untuk beristirahat atau mengistirahatkan daftar tugas itu. lagipula, dimanapun itu, kita akan selalu tersibukkan dengan banyak hal.

Ada hal menarik yang ingin saya bagi, hubungan keluarga mungkin yang akan paling mudah kita lihat dan aplikasikan dari buku ini. ketika itu interaksi saya tidak begitu baik kepada saudara saya. Dia menyampaikan kabar bahagia (seharusnya) yang berubah menjadi moment awkward karena bahkan saya tidak bisa merespons apapun dan memilih diam.

Untuk menghilangkan situasi canggung itu, saya membuka buku ini dan membacanya, setelah membacanya saya mencoba melihat bagaimana jika saya di posisinya – apa saja yang menjadi kesulitannya begitupun kesulitan saya – apakah ini akan menjadi masalah besar jika saya terus memilih pikiran negative ? apakah ini hal yang mudah untuknya untuk menyampaikan kepada saya ? apakah ini benar-benar patut saya permasalahkan? Apakah saya harus mendengarkan isi kepala saya yang saat ini sedang tidak baik-baik saja?

Lantas di luar kebiasaan, saya memilih untuk menjadi pihak yang berbesar hati dan melakukan pendekatan untuk mencairkan suasana, hebatnya – tidak terjadi hal yang memperburuk situasi, saya pun dengan tenang melakukannya. Setelah saya memberikan selamat dan meminta doa, keadaan berangsur makin baik dan hati saya semakin lapang.

Mungkin kepala saya menerima kabar itu dengan memilah hal-hal negative yang membuat gestur dan emosi saya perlahan berubah, tapi ternyata – tidak semua hal negative itu harus saya dengarkan. Itu bukan masalah sama sekali. Hal-hal yang belum kamu punya dan sudah didapatkan  orang lain sama sekali bukan masalah untukmu jika kamu tidak menganggapnya begitu.

Benar sekali kata buku ini, jangan mencari-cari atap yang bocor. Sekali kita mengizinkan “bocor” itu ada, kita akan terus menerus mendapatkan kebocoran di tempat lain – dan hal negative akan terus menerus mengisi kepala kita. Sebaliknya, mari berterima kasih setiap hari pada setiap rezeki yang kita dapatkan, pada setiap moment, pada setiap orang, pada setiap hal yang diberikan pada kita.

Selamat mengaplikasikannya!

 

 

Best Regards, Latifa Mustafida

Tidak ada komentar

Terima kasih telah berkunjung.

Latifa Mustafida