PENJUAL ES TEH DAN PAK USTAD

Belakangan ini viral di media sosial, antara ustad dan penjual es teh dalam suatu kajian. Ustad tersebut - di hadapan orang banyak, melontarkan kata-kata kurang pantas dan menertawakan keadaan penjual es teh bersama beberapa pembicara di sekelilingnya.

Hebatnya kekuatan media, dalam 1 hari video  keduanya menjadi trending topic semua media, online & offline, berbondong-bondong orang ber-komentar menghujat sikap gus yang tidak pada tempatnya, beramai-ramai televisi menayangkan berita, setelahnya – riuh ramai hujatan kepada ustad itu berubah menjadi media saling iba kepada penjual es teh. 

Bala bantuan datang, awalnya tawaran umroh untuk diri sendiri, kemudian keluarganya, motor, uang, dan berbagai hal kemudian menjadi rejeki tidak terduga bapak penjual es teh hanya dari mendengar kata “goblok” seorang ustad ketika sedang berjualan.

Apakah ini hal baik atau buruk ?

Bagi saya sendiri, mendengar kata itu diucapkan seorang yang terkenal dan menyandang Amanah seorang ustad saya marah – apalagi melihat ekspresi bapak penjual es saat dagangannya belum terjual banyak. Ditambah lagi ketika melihat respon tawa pemuka lain (yang sebagian besar paham agama) ikut menertawakan. 

mungkin saja mereka tertawa karena telat menyadari, atau bisa jadi, mereka tertawa karena latah orang orang di sebelah menertawakannya – lantas lupa bahwa itu bukan hal yang patut ditertawakan.

Keadaan mungkin buruk bagi kita yang melihatnya – tanpa mengetahui hikmah apa yang akan diberikan kepada si bapak dan ustad yang sedang khilaf dan lupa itu. Tapi hinaan tadi hanya bertahan sebentar untuk ditelan pahitnya.




 Tidak perlu menunggu 24 jam - banyak pihak yang terketuk hatinya ingin sekali membantu si bapak dengan banyak cara. Bapak yang tadinya hanya penjual es teh serba berkekurangan, dalam semalam berubah menjadi orang kaya baru dengan segepok uang dan (sebutan) keberuntungan beruntun yang mungkin sulit dicerna, tapi mau tidak mau, tidak akan ada yang bisa menolaknya.

Kita akhirnya bisa melihat secercah hikmah yang Allah berikan melalui jalan “goblok” itu. dari perasaan tidak terima banyak orang. Dari rasa sedih yang dialami si bapak. Dari kekhilafan manusia lain yang menyakiti hati orang lain. Tapi siapa sangka dari penilaian buruk kita, bapak tadi mendapat begitu banyak keberuntungan dan kebaikan. Terlalu cepat bukan Allah membolak balik keadaan?

Sayangnya, sebenarnya pelajaran tadi tidak hanya untuk si gus yang saat itu sedang khilaf atau si bapak yang seolah menerima keajaiban dalam semalam. Pelajaran itu juga untuk kita yang melihatnya, Pelajaran  untuk berhati-hati dalam berbicara, untuk merespon sesuatu meskipun banyak orang melakukannya, untuk bersabar meskipun dalam keadaan tidak menyenangkan.

Kita, barangkali juga akan menjadi gus tadi yang harus menerima hujatan dan kemudian mundur dari jabatan. Kita, barangkali juga akan menjadi pembicara lain yang tertawaannya menjadi meme viral. Kita, barangkali juga bisa di posisi penjual es teh yang harus menerima pahitnya kata-kata menyakitkan dari orang lain lantas segera mendapat kabar baik karna bersabar. Tapi soal hikmah dan kebaikan siapa yang tahu ?

Dalam satu ceramahnya, diantara ustadz lain yang turut berkomentar dan mengkritik ustad tadi – UAH dengan bijaknya berkata, kejadian ini memberikan pelajaran untuk keduanya. Allah sedang mengangkat derajat keduanya. Gus yang salah ucap tadi sedang diangkat derajatnya dengan diingatkan atas kesalahan dirinya dan jika dia menyadarinya betapa akan baiknya hidupnya kelak, dan untuk penjual es teh tadi – Allah sedang mengangkat derajatnya dengan menambah kesejahteraan si bapak.

Jadi, kejadian baik apalagi yang akan kamu pelajari hari ini ? semoga kita selalu bisa melihat secercah hikmah dari kejadian yang ada. 

Best Regards, Latifa Mustafida

Tidak ada komentar

Terima kasih telah berkunjung.

Latifa Mustafida