Judul buku : TANPA RENCANA
Pengarang : Dee Lestari
Penerbit : Mizan Media Utama
Halaman
: 207 hlm
Awalnya saya senang melihat laman Instagram
dee bahwa dee akan meluncurkan buku kumpulan cerpen akhir tahun, tanpa pikir panjang
(melihat track record karyanya) saya langsung membelinya. Saya menduga, akan banyak cerita yang membuat
saya kaget dan kewalahan seperti biasanya, lumayan hiburan akhir tahun, begitu
pikir saya.
Sayangnya
– saya tidak terlalu bahagia membacanya sampai akhir, runutan alur membaca saya banyak terpotong. Sedikit berpikir,
mencerna lagi, mulai dari awal – terus seperti itu. Meskipun begitu “dengan
kalimat pembuka dan penutupnya” saya memahami niat dee menerbitkan buku ini, ya
“tanpa rencana”.
Jika biasanya kita disuguhkan cerita
yang matang, fokus dan berkelanjutan – kita tidak akan banyak menemukannya
disini. Harus diakui saya kesulitan membangun fokus karena di saat saya
perlahan menjadi tertarik dan menikmati membaca alurnya, cerita itu berakhir
begitu saja digantikan cerita lainnya, entah cerpen baru atau kumpulan kata-kata
dee dan menggantung saja rasanya.
Bayangkan kita sedang sibuk untuk
bersin tiba-tiba berhenti dan mampet. Begitulah kira-kira. Membangun fokus
ternyata tidak semudah yang saya kira.
Tapi
mungkin itulah yang diinginkan dee dalam karya ini, hal-hal yang dia lakukan
secara spontan dan tanpa rencana, seperti judulnya. Menerimanya pun sudah
sepantasnya kita tanpa ekspektasi berlebihan seperti karyanya yang lain, tapi
sebagai pembaca setianya, boleh dong saya menyampaikan pendapat tentang
karyanya.
Ada
bagian-bagian tertentu yang tentu tidak menghilangkan ciri khas dee Lestari,
cerita yang tidak diduga, yang ketika mengemas kata-katanya terasa indah ketika
sampai kepada pembaca, seperti kisah asam garam, surat cinta di botol kaca –
saya ikut merasakan gelitik di hati di akhir cerita.
Pada
kisah supernova lounge, saya sempat tertawa tipis membayangkan cerita ini hampir
berubah menjadi kisah pahlawan super yang dipanggil dalam keadaan
mendesak dan dee bertugas seperti agen khusus diantara mereka. Hehe.
Di
cerita temu & power rangers, saya kembali sadar bahwa saya harusnya
menikmati buku ini apa adanya – seperti kehidupan yang tanpa rencana, kadang-kadang naik turun
alur membaca saya saat ini itulah kehidupan. Se-simple betapa bagusnya pemilihan nama dan
kalimat “temu mungkin tidak akan ketemu”.
Hidup
bisa jadi membahagiakan, menggelitik, mungkin ada beberapa bagian yang tidak bisa
kita nikmati sama sekali tapi harus dilewati. Bahkan, urusan tai pun bisa se
memusingkan dan berarti di tangan dee Lestari. Wkwk. Meskipun tidak begitu
menyenangkan soal urusan alur saya yang terhenti, buku ini tetap layak dibaca, saya tetap akan setia menunggu saat fokus di karya dee selanjutnya.
Semoga
bermanfaat!
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida